Rabu, 04 November 2015

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)







 
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m. Mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20 -30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. 

Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya menyudut. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan.Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun Dari sudutbotanis, tanaman cengkeh adalah termasuk famili Myrtacea dan sekerabat dengan jambu air(Eugenia Jambos).

Klasifikasi Tanaman Cengkeh
Divisi                  : Spermatophyta
Subdivisi            : Angiospermae
Kelas                  : Dicotyledonae
Bangsa               : Myrtales
Suku                   : Myrtaceae
Marga                 : Syzygium
Jenis                   : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry

Morfologi
Daun


Daun cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus), helaian daun (lamina), namun tidak memiliki upih/pelepah daun (vagina). Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun.

Batang


Batangdari pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m. Batang berbentuk bulat (teres), permukaan batangnya kasar biasanya memiliki cabang-cabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan lebat rantingnya. Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus) dan cara percabangan dari rantingnya dapat dikatakan monopodial karena masih dapat dibedakan antara batang pokok dan cabangnya. Lalu arah tumbuh cabangnya adalah condong ke atas (patens). Selain itu pohon cengkeh dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun. Tangkainya kira-kira1-2,5 cm (Steenis 1975).

Akar
Sistem akarnya tunggang, akar ini merupakan akar pokok (berasal dari akar lembaga) yang kemudian bercabang-cabang. Bentuk akar tunggangnya termasuk berbentuk tombak (fusiformis) pada akar tumbuh cabang yang kecil-kecil. Akar kuat sehingga bisa bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahun. Akarnya biasanya mampu masuk cukup dalam ke tanah.
Perakaran pohon cengkeh relatif kurang berkembang,tetapi bagian yang dekat permukaan tanah banyak tumbuh bulu akar.Bulu akar tersebut berguna untuk menghisap makanan

Biji

Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5 tahun. Bijinya terdiri dari kulit (spedodermis), tali pusar (funiculus), dan inti biji (nukleus seminis). Walaupun dalam jangka 20 tahun masih dapat menghasilkan biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan. Hal ini dikarenakan kualitasnya telah menurun dan tidak dapat digunakan lagi untuk industri, misal rokok.

Bunga
Bunga cengkeh muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis) dengan tangkai pendek dan bertandan (bunga bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga majemuk yang berbatas karena ujung ibu tangkainya  selalu ditutup bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), ibu tangkai (pedunculus), dan dasar bunga (repectaculum). Bunga cengkeh adalah  bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat dibedakan menjadi bunga jantan (flos masculus) dan betina (flos femineus). Dasar bunganya (repectaculum) menjadi pendukung benang sari dan putik (andoginofor).

Buah
Cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya termasuk buah semu karena ada bagian bunga yang ikut ambil bagian dalam pembentukan buah.

Buah cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya secara umum tersusun atas bagian-bagian secara umum pada kulit buah antara lain epikarpium, mesokarpium, dan endokarpium. Selain itu ada septum dan ovarium.

Bunga, Daun, Buah,Biji cengkeh 

Jumat, 23 Oktober 2015

Makalah : PENGANTAR ILMU KEHUTANAN “PERAN SEKTOR KEHUTANAN DALAM PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI MALUKU UTARA”



Makalah : PENGANTAR ILMU KEHUTANAN

“PERAN SEKTOR KEHUTANAN DALAM PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI MALUKU UTARA”





Nama  : SUSTANTRI
KELAS : A



UNIVERSITAS KHAIRUN
FAKULTAS PERTANIAN
POGRAM STUDI KEHUTANAN
2014


KATA PENGANTAR


A
ssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusunan tidak akan sanggup di selesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang “ PERAN SEKTOR KEHUTANAN DI WILAYAH MALUKU UTARA “  yang sangat penting dalam pengkajian mata kuliah Pengantar Ilmu Kehutanan yang sedang saya geluti dalam suatu harapan mendapatkan pengetahuan untuk membudidayakan HUTAN di wilayah maluku utara ini, dengan  memanfaatkan teknologi informasi dalam proses pendalaman materi.
Demikian makalah ini saya buat semoga memberikan semangat generasi muda akan pentingnya Membudidayakan Hutan.


Ternate, 01 oktober 2014   
   Penyusun


Sustantri Ode Farok


































Daftar Isi


1)    Kata Pengantar ...................................... 2
2)  Daftar Isi ................................................. 3
3)  Bab 1 pendahuluan :
a)   Latar Belakang .....................................4
b)  Tujuan .................................................6
4)  Bab 11 isi ..................................................6
5)  Bab 111 penutup ...................................... 15
6)  Daftar pustaka ......................................... 16



























Bab 1 pendahuluan :

A.  LATAR BELAKANG

Sektor kehutanan telah berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi Indonesia modern 1960-1990. Namun peran tersebut menurun drastis karena laju kerusakan hutan yang terus meningkat dan konversi hutan menjadi perkebunan. Ketiadaan sistem inventarisasi hutan skala nasional secara berkala yang ditetapkan secara disiplin menjadi salah satu alasan mengapa laju kerusakan hutan terus meningkat dan tidak terpantau.
Dalam memanfaatkan hutan yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui memerlukan sistem pengelolaan hutan yang bijaksana salah satunya ialah dengan mengetrapkan prinsip kelestarian. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemahaman tentang hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan perlu dihayati serta dipahami oleh semua insan yang memanfaatkan hutan demi kehidupannya melalui pengusaan ilmu dan seni serta teknologi hutan dan kehutanan.

Hutan mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, sejak manusia lahir sampai nanti masuk ke liang kubur manusia memerlukan produk yang dihasilkan dari hutan. Hutan memberikan perlindungan dan naungan dan produk-produk yang dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya. Demikian pula hutan merupakan tempat hidupnya binatang liar dan sumber plasma nutfah yang semuanya juga berguna bagi kelangsungan kehidupan manusia dijagad raya ini. Manusia memperoleh produk seperti makanan, obat-obatan, kayu untuk bangunan dan kayu bakar dan juga menikmati manfaat adanya pengaruh dari hutan yaitu iklim mikro serta peranan hutan dalam mencegah erosi dan memelihara kesuburan tanah. Sebagai contoh, misalnya dari kulit pohon Willow orang Yunani pada zaman dahulu memanfaatkannya dengan cara dikunyah-kunyah sebagai obat pencegah rasa sakit, dan sekarangpun ekstrak kulit pohon Willow merupakan bahan dasar untuk Aspirin. Buah pohon Oak merupakan makanan pokok orang Indian disamping Jagung. Masyarakat nelayan di Indonesia menggunakan kulit pohon Bakau untuk mengawetkan jala. Masyarakat desa disekitar hutan Jati di Jawa memanfaatkan Ulat Jati sebagai sumber protein hewani. Sedangkan pada waktu ini tidak kurang 10 000 produk yang dihasilkan dari kayu.

Munculnya ilmu kehutanan tidak lepas dari kebutuhan manusia akan adanya manfaat dari hutan. Areal hutan yang dahulunya menyelimuti seluruh daratan dunia dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, sekarang mulai berkurang. Laju degradasi  areal hutan didaerah tropika tercatat  rata-rata 800.000 Ha per tahun.
Jerman merupakan negara cikal bakalnya Ilmu Kehutanan,  misalnya  KOSTLER dikenal sebagai orang pertama yang berpendapat perlunya pendekatan ilmiah di kehutanan. Hal ini didasarkan kepada fakta bahwa sangat sulit dalam mengelola hutan bila hanya didasarkan pada pengalaman yang pendek, sedangkan ciri kegiatan kehutanan memerlukan jangka produksi yang panjang. Buku yang berkaitan tentang hutan dikarang pada tahun 1713 oleh Hannss Carl  von CARLOWITZ dengan judul “Silvicultura oekonomika”. Pada abad ke 18 dengan makin tumbuhnya kehutanan dan makin pentingnya kehutanan dalam perekonomian maka mazhab “Cameralism” mulai membicarakan tentang hutan. Mazhab “cameralism” inilah yang membuat dasar sistematika pertama ilmu kehutanan. Pemikiran lebih lanjut dalam penyelidikan ilmiah tentang penomena hutan berasal dari aliran “pemburu lawan kehutanan” yaitu yang berasal dari pengalaman lapangan penggembalaan dihutan . Perangsang dan ide juga datang dari ilmu alamiah khususnya dari Perancis.
Pada akhir abad ke 18 komplitlah sintesa dari teori dan praktik kehutanan yang ditulis oleh ahli kehutanan  klasik seperti COTTA, HARTIG, PFEIL, HUNDESHAGEN dan HEYER.

Ilmu kehutanan dapat dikatakan merupakan penggabungan yang komplek dari berbagai disiplin ilmu, khususnya ilmu biologi, ilmu  alam, manajemen, ilmu sosial dan politik. Ilmu-ilmu tersebut diramu sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan bahwa kehutanan  merupakan seni , ilmu dan praktek dalam mengelola sumber daya hutan dan isinya untuk kesejahteraan umat manusia.

Pembangunan dengan daerah perkotaan sebagai pusat pertumbuhan menciptakan kesenjangan pembangunan. Upaya percepatan pembangunan di daerah terisolit mempunyai berbagai kenadala seperti infrastruktur yang tersedia. Padahal, infrastruktur merupakan langkah awal untuk pembangunan di wilayah terisolasi. Ketersediaan infrastruktur suatu wilayah meningkatkan aksesibilitas, sehingga kegiatan ekonomi dapat lebih efisien. Menurut Bappenas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional) masalah utama pada  pembangunan wilayah dan membuka keterisolasian adalah kurangnya pembangunan infrastruktur dan minimnya investasi. Investor lebih memilih berinvestasi di wilayah perkotaan karena infrastruktur yang memadai.
Menurut Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), sebagian besar wilayah tertinggal adalah wilayah yang gerografisnya berada di wilayah pedalaman, tepi hutan, pegunungan, atau gugusan pulau yang tidak memiliki akses ke daerah yang pembangunannya lebih maju.  Terdepat beberapa masalah pengembangan daerah terpencil dan terisolir di Indonesia, seperti 1.) Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, 2.) Rendahnya koordinasi antarsektor, dan 3.) Kurangnya pemerintah dan pemerintah daerah mengenai pembangunan wilayah terpencil.  Penyebab rendahnya perhatian



B.  TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah yang saya buat terkait peran sektor kehutanan dalam pembangunan kehutanan di wilayah maluku utara ini :

1.    Agar mahasiswa/i dan dosen maupun berbagai lapisan masyarakat lebih meningkatkan kepedulian terhadap hutan.
2.   Lebih meningkatkan kesadaran manisia terhadap pentingnya pelestarian Hutan.
3.    Pembudidayaan hasil hutan,




BAB ii ISI :

1.   Pengertian umum

Pada hakekatnya hutan merupakan perwujudan dari lima unsur pokok yang terdiri dari bumi, air, alam hayati, udara dan sinar matahari (Rimbawan Indonesia,1966). Kelima unsur pokok inilah yang dinamakan PANCA DAYA. Sehingga menurut rimbawan Indonesia memanfaatkan hutan sebenarnya mengarahkan Panca Daya ini kepada suatu bentuk tertentu pada tempat dan waktu yang diperlukan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia lahir dan bathin sebesar mungkin tanpa mengabaikan aspek kelestarian.
Hutan jadinya dapat disebut suatu areal diatas permukaan bumi yang ditumbuhi pohon-pohon agak rapat dan luas sehingga pohon-pohon dan tumbuhan lainnya serta binatang-binatang  yang hidup dalam areal tersebut memiliki hubungan antara satu dan lainnya das membentuk perseketuan hidup alam hayati dan lingkungannya (Junus dkk, 1984). Secara ringkas batasan hutan ialah komunitas tumbuh-tumbuhan dan binatang yang terutama terdiri.
Salah satu sektor yang dapat dikembangkan untuk membuka dan membangun daerah terisolir adalah sektor kehutanan. Harus kita akui bahwa pembangunan sektor kehutanan telah memberikan kontribusi besar dalam pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan oleh perusahaan pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) atau perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI). Pembangunan jalan tersebut tidak hanya dimanfaatkan oleh perusahaan untuk distribusi pengangkutan dan pengelolaan hutan, tetapi juga digunakan oleh masyarakat sebagai sarana transportasi, Dengan meningkatnya intensitas kegiatan perhutanan pada tahun 80-am sampai sekarang, jumlah jalan hutan yang dibangun semakin bertambah. Penambahan tersebut menghubungkan darah terisolasi dan daerah yang lebih berkembang, juga menghubungkan daerah-daerah terisolasi lainnya.
Perkembangan infrastruktur jalan hutan  dihitung dengan menggunakan kerapatan jalan hutan, yaitu menghitung rata-rata panjang jalan hutan per satuan luas. Besarnya kerapatan jalan bergantung pada jenis pengusahaan hutan (HPH berkisar antara 10-25 m/ha dan HTI berkisar antara 9-13 m/ha) (Elias 2008;  dan Budiman 2003). Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa perkiraan panjang hutan di Indonesia adalah sepanjang 351.960 km (data tahun 2008). Lebih panjang dari jalan umum yang dibuat dari pemerintah yang hanya sebesar 246.094.

2.    Fungsi Strategis Hutan

Kontribusi kehutanan yang terbesar dalam kehidupan ini adalah keberadaan hutan yang berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan. Fungsi hutan tersebut diwujudkan dalam bentuk kemampuan hutan untuk mengatur tata air, iklim mikro, penyerapan karbon, dan sebagai sumber plasma nutfah.

    Terkait fungsi hutan sebagai pengatur tata air, maka kebutuhan air akan terganggu apabila keberadaan hutan mengalami kerusakan. Gangguan kebutuhan air tersebut saat ini sudah mulai terasa, yaitu dengan terjadinya kerusakan fungsi hidro-orologis hutan oleh berbagai sebab, yang membuat cadangan air tanah untuk mendukung sistem irigasi semakin berkurang.

     Kerusakan hutan yang terjadi saat ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, yang mengancam keberlanjutan pertanian pangan. Kekeringan yang terjadi pada tahun 2008 telah menyebabkan lebih dari 20 ribu ha areal tanaman padi yang tersebar di berbagai kabupaten, baik di Jawa maupun Sumatera mengalami puso. Jika kondisi tersebut tidak kita tangani, maka tujuan ketahanan pangan nasonal tidak akan tercapai dengan optimal. Oleh karena itu peran hutan sebagai pengatur tata air sangat penting artinya dalam pengendalian fungsi hidro-orologis, yaitu sebagai penyerap, penyimpan, penghasil dan pendistribusi air.

     Fungsi hutan yang lain dan sangat vital adalah pengatur iklim mikro maupun makro. Kerusakan hutan yang terjadi selama ini diyakini telah menyebabkan perubahan iklim secara global. Pengaruh perubahan iklim tersebut sangat terasa dari setiap sisi kehidupan, bahkan perubahan iklim yang terasa sejak tahun 2010 dan 2011 sudah mengganggu musim tanam bagi petani di Indonesia. Anomali cuaca berupa curah hujan yang tinggi akibat perubahan iklim sepanjang tahun 2010 membuat banyak tanaman padi mengalami kerusakan, dan gagal panen.
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa hutan sebagai tempat berdirinya berbagai komunitas manusia mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam mendukung akses pangan menuju ketahanan pangan nasional.


3.  MANFAAT HUTAN BAGI MANUSIA

Membicarakan manfaat hutan bagi manusia maka dapat dikatakan  bahwa hutan memberikan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung ialah manfaat dari hutan yang dapat langsung dinikmati oleh masyarakat seperti kayu, rotan, obat-obatan, buah-buahan, binatang buruan, damar, kulit kayu. Sedangkan manfaat tidak langsung merupakan manfaat dari fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pemelihara kesuburan tanah atau manfaat hidro-orologis dari hutan. Manfaat estetika, rekreasi, ilmu pengetahuan dan pengaruh hutan terhadap iklim.
Secara lebih rinci Hadipurnomo (1989) menguraikan manfaat kehadiran hutan di dunia bagi manusia yang berupa produksi hasil hutan dan jasa sebagai berikut:

a. Produksi hasil hutan meliputi antara lain :
a)   Kayu, meliputi kayu bakar,  pertukangan,  industri.
b)   Kulit kayu
c)    Rotan
d)   Getah, yang dapat diolah menjadi:
(1)  Gondorukem
(2) Terpentin
(3) Kopal
(4) Kemenyan
(5) balsem
e)   Minyak atsiri, antara lain :
(1)  minyak kayu putih
(2) minyak eukaliptus
f)    Daun, antara lain :
(1)  daun murbei untuk makanan ulat sutera
(2) daun lamtoro, kaliandra untuk makanan ternak
(3) daun jati, untuk pembungkus
g)   Buah, misalnya tengkawang untuk bahan kosmetika.



b. Jasa yang berupa :

a)    Pengendali lingkungan seperti :
(1)   pengendali bahaya banjir dan erosi
(2)  reservoir alam
(3)  perlindungan terhadap angin
(4)  pembersih polusi udara
(5)  paru-paru tempat ­pemukiman
b)    Meningkatkan kesejaheraan dan kenyamanan hidup :
(1)   membuat iklim mikro menjadi nyaman
(2)  keindahan alam: Taman nasional, wisata
(3)  mengurangi kebisingan suara ( kota, pabrik dsb)
(4)  mengurangi silau cahaya matahari, lampu mobil dsb.

4.  Potensi Pangan Dari Hutan
    Selama ini hutan telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mendukung penyediaan pangan (food production) bagi masyarakat. Melalui kekayaan alam hayatinya, hutan menyimpan potensi plasma nutfah flora dan fauna yang mampu mendukung pemenuhan kebutuhan pangan dan obat-obatan, karena dari hutan dapat memproduksi sumber pangan berkualitas. Selain tumbuhan sumber karbohidrat yang berkembang dari bawah sampai ke atas lahan, hutan juga menyimpan keragaman sumber pangan protein, lemak, vitamin dan mineral yang berasal dari tumbuhan dan satwa.

     Kontribusi sektor kehutanan dalam penyediaan pangan secara tradisional telah berkembang di Indonesia. Kita mengenal berbagai produk dari hutan yang sangat besar manfaatnya bagi penyediaan pangan masyarakat, seperti umbut rotan, umbi-umbian, satwa, madu, buah-buahan, dll. Bahkan sebagian produk hutan tersebut sudah menjadi komoditas ekspor, seperti porang, yang saat ini semakin banyak dikembangkan. Kita juga banyak mengenal obat-obatan dari hutan, seperti pasak bumi, yang bermanfaat untuk menjaga stamina sehingga tetap bugar. Berbagai macam produk hutan tersebut merupakan kontribusi langsung dari hutan terhadap penyediaan pangan dan kesehatan yang nilainya cukup besar.

    Di samping kontribusi yang bersifat langsung, pemanfaatan hutan dalam penyediaan pangan juga dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan memanfaatkan kawasan hutan untuk memproduksi sumber pangan. Pemanfaatan kawasan hutan, khususnya pada hutan produksi, zona pemanfaatan taman nasional, atau hutan lindung, sudah banyak dilakukan bersama masyarakat untuk pengembangan komoditas pangan, obat-obatan, dan energi. Kegiatan agroforestry, silvofishery, dan silvopastura sudah banyak dikembangkan pada berbagai wilayah dan secara nyata sudah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyediaan pangan nasional.

      Sejak tahun 1998 hingga tahun 2010, luas kontribusi pangan dari sektor kehutanan mencapai lebih dari 16,43 juta hektar, dengan luas rata-rata mencapai 6,341 juta hektar/tahun dalam bentuk kegiatan tumpangsari pada kegiatan rehabilitasi hutan, pembuatan hutan tanaman, hutan rakyat, dll. Tingkat produksi pangan yang telah dihasilkan mencapai lebih dari 9 juta ton atau setara pangan per tahun dari jenis padi, jagung, kedelai, dll. Walaupun produksi pangan dari hutan cukup besar, namun belum tercatat dalam data statistik nasional.

     5. Kontribusi Ekonomi Dari Hutan
   Dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat di dalam dan di sekitar hutan, Kementerian Kehutanan telah mencadangkan areal pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas 657.117,73 Ha yang tersebar pada 104 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, dan telah diterbitkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HTR) oleh para Bupati seluas 157.254,91 Ha pada 37 Kabupaten, dan sebanyak 67 Kabupaten yang telah mendapat pencadangan belum diterbitkan IUPHHK.

  Untuk Propinsi Lampung, telah diterbitkan pencadangan areal HTR di Kab. Lampung Barat seluas 24.835 Ha, atau setelah diverifikasi oleh BPKH Palembang luas netto menjadi sekitar 22.772 Ha dan telah diterbitkan IUPHHK HTR kepada 5 Koperasi di Lampung Barat seluas 14.709 Ha, dimana Menteri Kehutanan memberikan catatan khusus ada koperasi yang perlu dinilai kembali apakah memang berhak atau tidak penerbitan ijin HTR tersebut. Agar ijin tersebut tidak disalahgunakan kepada yang tidak berhak, maka Menteri Kehutanan menerbitkan Permenhut No.P 55 Tahun 2011 bahwa izin HTR untuk koperasi dibatasi maksimal 700 Ha, agar lebih adil bagi masyarakat dan kembali ke filosofi kebijakan HTR yang ada dalam PP No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008.

   Selain HTR, yang sifatnya usaha untuk membangun kewirausahaan, Kementerian Kehutanan juga mengembangkan program pemberdayaan masyarakat setempat melalui HKm, tahun 2010-2014 seluas 2 juta ha, dan HD seluas 500 ribu ha di kawasan hutan lindung dan hutan produksi, agar manfaat untuk kesejahteraan masyarakat tercapai dengan tetap menjaga fungsi hutan lindung. Adapun pelaksanaan HKM di Provinsi Lampung sampai dengan Tahun 2011 seluas 36.393 Ha meliputi 4 kabupaten, yaitu: Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Barat, dan Kabupaten Lampung Utara.

    Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi, ditempuh dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam segala kegiatan konservasi sumberdaya hayati dan ekosistemnya, melalui program Desa Konservasi. Program Desa Konservasi merupakan implementasi dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, antara lain berupa: peningkatan kapasitas, bantuan ekonomi, penguatan kelembagaan, konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, atau bantuan bibit pohon. Selain program-program yang dilaksanakan di dalam kawasan hutan, Kementerian Kehutanan juga mendorong program Hutan Rakyat (Hutan Milik) bermitra dengan industri perkayuan yang ada di sekitarnya. Model ini sukses, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan pola ini kebutuhan bahan baku industri kayu dari hutan alam terus dikurangi dan petani meningkat kesejahteraannya.
Kehutanan / Forestry

Produksi Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu Di Maluku Utara, 2013
Wood and Non Wood Production in Maluku Utara, 2013.

Table
Komoditi/Commodity
Satuan/Unit
2013
A . PRODUKSI KAYU/Wood Production

1. Dari Hak Penguasaan Hutan/
From Forest Concession Rights
2. Non Hak Penguasaan Hutan/
From Non Forest Concession Rights
3. Kayu Olahan/
Processed Wood
B . PRODUKSI NON KAYU/Non Wood
     Production
1. Rotan/
    Cane
2. Rotan Batang/
Bar Cane
3. Damar/Kopal/
Resin
4. Kemedangan/
    Kemedangan



M3




M3



M3



Ton


Ton

Ton

Ton
















167, 19




9 307,00







Luas Kawasan Hutan menurut  Fungsi Hutan dan Kabupaten/Kota di
Maluku Utara, 2008
Forest Area by Kind of  Function and Regency/City in Maluku Utara, 2008










Tabel ;
Hutan Konservasi Conservation Forest
Kabupaten/Kota
Regency/City


Cagar
Alam
Preserve
Taman
Nasional
National Park



Hutan
Lindung
Protected
Forest



Hutan
Lindung
Protected
Forest
Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Kepulauan Sula
Halmahera Selata
Halmahera Utara
Halmahera Timur
Ternate
Tidore Kepulauan
-

-

9 500

38 500

-

-

-
-
-

77
100
-

-
-

90

200
-
-
79 500

51 150

44 750

105 750

145 500

101 025

2 500
-
26 100

62 100

33000

218

100

163 000

161 550

-

32 500

























contoh peran sektor kehutanan

budidaya tanaman bakau

salah satu kepedulian sektor kehutana terhadap hancurnya hutan mangrof di pesisir pantai kabupaten pulau Taliabu, Maluku utara. Khusunya desa TUBANG yang berpotensi sebagai tempat pembudidayaan mangrof..

Description: E:\MY DATA\TUGAS KLS XI.AKSELERASI\New folder\GAMBAR BIOLOGI\MY PICTURE\KELUARGA\KELUARGA KU\DCIM\101MSDCF\proyek my ongkel\DSC00826.JPG
lahan yang mengalami kerusakan


Description: E:\MY DATA\TUGAS KLS XI.AKSELERASI\New folder\GAMBAR BIOLOGI\MY PICTURE\KELUARGA\KELUARGA KU\DCIM\101MSDCF\proyek my ongkel\DSC00313.JPG
Salah satu tempat budidaya mangrof di desa tubang

Description: E:\MY DATA\TUGAS KLS XI.AKSELERASI\New folder\GAMBAR BIOLOGI\MY PICTURE\KELUARGA\KELUARGA KU\DCIM\101MSDCF\proyek my ongkel\DSC00743.JPG
Mangrof tidak hanya untuk desa tubang semata, Namun di di distribusi ke desa desa lainya.






























Bab III penutup :


Optimalisasi sektor kehutanan untuk mendukung ketahanan pangan dilakukan melalui strategi pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Kebijakan sektor kehutanan dilakukan untuk mengoptimalkan pembangunan kehutanan dalam mengantisipasi isu strategis penyediaan pangan yang terjadi, antara lain : penyediaan lahan dan pengelolaan keragaman hayati sebagai sumberdaya genetik pangan, dan peningkatan peran para pihak dalam kontribusi penyediaan pangan. Strategi yang ditempuh untuk menjaga kelangsungan fungsi hutan sebagai penyangga sistem kehidupan dilakukan dalam rangka menjamin hutan agar tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai pengatur tata air, pengatur iklim mikro, dan menjaga keanekaragaman hayati. Pencapaian stategi tersebut dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mampu meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

























Daftar pustaka :


Sumber  :  Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara
Sumber: Data pada tabel di atas diolah dari data Departemen Kehutanan tahun 2013.